Dokter Elizabeth Margaretha, pemilik akun instagram @fongmeicha yang saat ini berprofesi sebagai Dokter Laktasi RSIA GrandFamily, Dokter Kecantikan Part Time di The Clinic Beautylosophy, Enterpreneur di bidang Fashion dan bekerjasama dengan perusahaan Farmasi Jepang, Medical Educator ASI di @momuung.id sekaligus Ibu Rumah Tangga dengan 3 orang anak sangat concern terhadap keoptimalan pemberian ASI. Bermula karena rasa penasaran mengapa di jaman sekarang banyak sekali ibu-ibu di Indonesia yang merasa struggling dan kesulitan dalam hal menyusui bayi. Hal tersebut dirasakan dr. Elizabeth Margaretha sejak memiliki anak pertama yaitu tahun 2016-2017.
Berawal dari sharing di instagram @fongmeicha seputar ASI, dr Elizabeth Margaretha mendapatkan kesempatan untuk melayani di RSIA GrandFamily untuk dapat membantu para ibu-ibu dan bayi yang menjadi pasien d RS tersebut, yaitu di tahun 2018. Menurut dr. Elizabeth Margaretha, pemberian ASI yang sesuai adalah dengan mengetahui prinsip utamanya, dimana ASI diproduksi sesuai dengan kebutuhan bayi, bukan kebutuhan mesin pumping ASI/kulkas, sehingga yang utama adalah menyusui langsung sesuai dengan kebutuhan bayi, bukan ditakar. Melihat banyaknya ibu menyusui yang saat ini memiliki pekerjaan diluar rumah, maka banyak ibu yang menggunakan pumping ASI, “Menyusui itu lebih utama karena kebutuhan ASI pada anak akan terpenuhi secara menyeluruh. Baik kualitas dan kualitas. Komposisi gizi atau apa yg terkandung pada ASI pun akan mendapat update sesuai usia dan kebutuhan bayi setiap kali menyusui langsung. Maka, memompa / memerah ASI bukan lah suatu keharusan. PRINSIP penggunaan POMPA ASI / Pemerahan ASI ini merupakan suatu kegiatan alat bantu dimana si ibu tdk sedang bersama dengan anak.
Jadi anak tdk bs menyusu lgsg. Misalnya saat ibu bekerja , maka ASI yg memang harus dikeluarkan. Dibantu pengeluarannya melalui pemerahan / memompa ASI.” Ujar dr. Elizabeth.
Dokter Elizabeth Margaretha tentunya pernah menemui hambatan dalam pemberian ASI ketiga anaknya, “Tentu saja pernah, pada saat anak kedua saya mengalami Bingung Puting dan sempat menolak menyusu. Saat saya harus pergi acara studi trip keluar negeri selama 3 hari. Dan pengasuh memberikan asi perah dengan botol dot. Rasanya hancur hati, ketika pulang anak menolak menyusu langsung.. dan akhirnya saya melakukan relaktasi..”. Berbicara tentang relaktasi, menurut dr. Elizabeth Margaretha, sangat baik dan wajib dilakukan pada ibu dan anak yang mungkin sudah tidak melakukan direct breastfeeding. Manfaat ASI 100% akan didapat ketika relaktasi, bisa lebih mendekatkan juga antara ibu dan anak. “Faktor yang meningkatkan keberhasilan dalam proses relaktasi antara lain komitmen, keikhlasan, support dan kesabaran, proses relaktasi biasanya berlangsung 3-7 hari tergantung kondisi dan usia bayi.” Ujar dr. Elizabeth.
Proses Relaktasi tidak terlepas dari beberapa hambatan, antara lain ketidaksabaran, terlalu buru-buru, kurangnya support system, tidak memulai langkah yang baik dan mudah menyerah, misalnya anak menolak dan nangis, maka karena panik, diberikan botol dot kembali..
Tips Relaktasi menurut dr. Elizabeth Margaretha yaitu harus berani melepas penggunaan botol dot, mulai mengganti media pemberian asi / susu dengan alat lain, melakukan relaktasi dengan penuh cinta, perlahan mulai dari ‘skin to skin’ – memperkenalkan lagi puting dan belajar menyusui dengan cara yang baik dan benar, dan tidak sibuk memompa ASI ketika anak sudah mulai mau menyusui, agar mendapatkan porsi seharusnya. Datang konseling ke konselor menyusui , lakukan perawatan inap relaktasi bila diperlukan..
Kunci keberhasilan relaktasi ialah dengan : Tetap Semangat, harus lebih sabar, tapi bukan menyerah, latih terus tapi bukan memaksa, biasanya bila kita konsisten, lakukan berulang dengan komitmen dan perlakuan yg benar, kemungkinan berhasilnya akan lebih cepat. 🙂
Semangat mengASIhi ya ibu ibu terkasih dan terbaikk! Kalian luar biasa hebat.” Pesan dari dr. Elizabeth Margaretha.
Salam Pekan Menyusui Sedunia..